Sunday, October 4, 2009

Kedatangan dan penyebaran agama islam di nusantara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini adalah bagian dari seri
Islam
Allah-eser-green.png
Rukun Islam
Syahadat · Shalat · Puasa
Zakat · Haji
Rukun Iman
Allah · Al-Qur'an · Malaikat
Nabi · Hari Akhir
Qada & Qadar
Tokoh Islam
Muhammad SAW
Nabi & Rasul · Sahabat
Ahlul Bait
Kota Suci
Mekkah ·Madinah · Yerusalem
Najaf · Karbala · Kufah
Kazimain · Mashhad ·Istanbul
Hari Raya
Hijrah · Idul Fitri · Idul Adha
· Asyura · Ghadir Khum
Arsitektur
Masjid ·Menara ·Mihrab
Ka'bah · Arsitektur Islam
Jabatan Fungsional
Khalifah ·Ulama ·Muadzin
Imam·Mullah·Ayatullah · Mufti
Teks & Hukum
Al-Qur'an ·Hadist · Sunnah
Fiqih · Fatwa · Syariat
Manhaj
Salafush Shalih
Mazhab
Sunni
Hanafi ·Hambali
Maliki ·Syafi'i
Syi'ah
Dua Belas Imam
Ismailiyah·Zaidiyah
Lain-lain
Ibadi · Khawarij
Murji'ah·Mu'taziliyah
Lihat Pula
Portal Islam
Indeks mengenai Islam

Sejarah tentang kedatangan dan penyebaran agama Islam di nusantara bersumber dari catatan para pengelana yang telah mengunjungi wilayah nusantara berabad-abad yang lalu.

[sunting] Sumber/bukti masuknya Islam ke nusantara

Bukti awal mengenai agama Islam berasal dari seorang pengelana Venesia bernama Marcopolo. Ketika singgah di sebelah utara pulau Sumatera, dia menemukan sebuah kota Islam bernama Perlakyang dikelilingi oleh daerah-daerah non-Islam. Hal ini diperkuat oleh catatan-catatan yang terdapat dalam buku-buku sejarah seperti Hikayat Raja-Raja Pasai dan Sejarah Melayu.

Bukti kedua berasal dari Ibnu Batutah ketika mengunjungi Samudera Pasai pada tahun 1345 megatakan bahwa raja yang memerintah negara itu memakai gelar Islam yakni Malikut Thahbir bin Malik Al Saleh.

Bukti ketiga berasal dari seorang pengelana Portugis bernama Tome Pires, yang mengunjungi Nusantara pada awal abad ke-16. Dalam karyanya berjudul Summa Oriental, dia menjelaskan bahwa menjelang abad ke-13 sudah ada masyarakat Muslim di Samudra Pasai, Perlak, dan Palembang. Selain itu di Pulau Jawa juga ditemukan makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 1082 M dan sejumlah makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13.

Golongan lain berpendapat bahwa Islam sebenarnya sudah masuk ke Nusantara sejak abad ke-7 Masehi. Pendapat ini didasarkan atas pernyataan pengelana Cina I-tsing yang berkunjung ke Kerajaan Sriwijaya pada tahun 671. Dia menyatakan bahwa pada waktu itu lalu-lintas laut antara Arab, Persia, India, dan Sriwijaya sangat ramai.

Bukti kelima menurut catatan Dinasti Tang, para pedagang Ta-Shih(sebutan bagi kaum Muslim Arab dan Persia) pada abad ke-9 dan ke-10 sudah ada di Kanton dan Sumatera.

[sunting] Penyebar Islam di Nusantara

Penyebar Agama Islam menurut teori Gujarat, yaitu bahwa penyebarnya adalah Muhammad Fakir. Buktinya, teori ini mendasarkan argumentasinya pada pengamatan terhadap bentuk relief nisan Sultan Malik Al Saleh yang memiliki kesamaan dengan nisan-nisan yang terdapat di Gujarat.

Penyebar Agama Islam menurut teori Makkah, yaitu bahwa penyebarnya adalah Sjech Ismail dari Makiyah. Buktinya adalah, bahwa kelompok penduduk Nusantara pertama yang Islam menganut mazhab Syafi'i. Mazhab Syafi'i merupakan mazhab istimewa di Makiyah.

Penyebar Agama Islam menurut teori Persia, yaitu bahwa penyebarnya adalah P.A. Hoessein Djajaningrat. Buktinya adalah pada adanya beberapa kesamaan budaya yang hidup dikalangan masyarakat Nusantara dengan bangsa Persia denagn memperingati Asyura, suatu peringatan bagi kaum Syi'ah.

Penyebar Agama Islam menurut teori Sejarawan, yaitu penyebarnya adalah Wali Songo.

[sunting] Islamisasi di nunsantara

Alasan yang menyebabkan penduduk nusantara banyak yang beragama Islam antara lain:

Faktor-faktor penyebab Agama Islam dapat cepat berkembang di Nusantara antara lain:

  • Syarat masuk agama Islam tidak berat, yaitu dengan mengucapkan kalimat syahadat.
  • Upacara-upacara dalam Islam sangat sederhana.
  • Islam tidak mengenal sistem kasta.
  • Islam tidak menentang adat dan tradisi setempat.
  • Dalam penyebarannya dilakukan dengan jalan damai.
  • Runtuhnya kerajaan Majapahit memperlancar penyebaran agama Islam.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kedatangan_dan_penyebaran_agama_islam_di_nusantara

Saturday, December 20, 2008

Monday, December 1, 2008

Insomnia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Insomnia adalah gejala[1] kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun.

Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif.[2] Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.

Banyak penderita insomnia tergantung pada obat tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat sedatif memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut.

Sunday, November 30, 2008

Tertinggi, Persentase Belanja Pegawai Kab. Blitar

2008-05-06 17:34:59

Berdasarkan analisis data APBD 2005 kabupaten/kota di Jawa Timur, terdapat 12 daerah yang menghabiskan lebih dari 40 persen APBD 2005 untuk belanja pegawai dinas pendidikan. Sedangkan 12 daerah lainnya menghabiskan lebih dari 30 persen.

Sisanya, 10 daerah menghabiskan lebih dari 20 persen APBD untuk belanja pegawai dinas pendidikan. Hanya empat daerah yang mengalokasikan belanja pegawai dinas pendidikan kurang dari 20 persen.

Daerah yang mengalokasikan belanja pegawai tertinggi adalah Kabupaten Blitar (48,93 persen), disusul Kabupaten Tulungagung (44,74 persen), Kabupaten Ngawi (44,62 persen).

Sementara itu, daerah yang mengalokasikan belanja pegawai dinas pendidikan terkecil umumnya adalah daerah kota dengan jumlah penduduk relatif sedikit dan wilayah yang tidak begitu luas, seperti Kota Batu (11,69 persen), Kota Mojokerto (12,63 persen), dan Kota Probolinggo (19,76 persen). Di luar itu, belanja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya hanya menyerap sekitar 17,33 persen APBD.

Bagaimana dengan APBD 2006? Berdasarkan analisis data APBD kabupaten/kota, alokasi belanja pegawai dinas pendidikan yang tertinggi ditemukan di Kabupaten Jember (40,08 persen), disusul Kabupaten Tulungagung (39,8 persen), dan Kabupaten Trenggalek (38,94 persen). Sedangkan belanja terendah ditemukan di Kota Blitar (8,74 persen), dan Kota Mojokerto (9,56 persen).

Jawa Pos, 25 Februari 2008

Kondisi Pelayanan Publik di Jawa Timur

Kota Blitar Jawara Layanan Publik

2007-01-24 02:33:46

Tahun lalu (2006), The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP) menyurvei persepsi publik tentang pelayanan publik di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Berikut laporan ringkas yang ditulis Redhi Setiadi dari JPIP tentang survei tersebut.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada 2006 JPIP menyurvei persepsi publik tentang pelayanan publik (public service) yang diselenggarakan 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Hasil survei publik itu menjadi bagian dari penilaian Otonomi Award 2006.

Kondisi layanan publik daerah merupakan isu strategis yang selalu menjadi fokus JPIP sejak otonomi daerah diberlakukan 2001. Karena itu, pelayanan publik sudah menjadi parameter baku yang setiap tahun perkembangannya dipantau dan dievaluasi di daerah.

Dulu, ketika era sentralisasi, aktor utama pelayanan publik bukanlah pemerintah daerah (pemda). Pemda hanya bertindak dan memberikan pelayanan sesuai dengan perencanaan dan instruksi dari pusat. Akibatnya, pemerintah pusat menjadi tumpuan segala macam kesemrawutan dan kelambanan pelayanan publik yang diberikan pemerintah daerah. Tidak ada ruang sedikit pun bagi pemda untuk berinovasi memajukan pelayanan bagi warganya. Untuk berinovasi, pemda bisa-bisa malah mendapatkan cap tidak tunduk pada instruksi pusat.

Era desentralisasi mengubah semua itu. Beberapa kewenangan pelayanan publik diserahkan langsung kepada pemda. Antara lain, bidang pendidikan, kesehatan, dan administrasi dasar. Kewenangan yang diserahkan tersebut mencakup perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan evaluasi program. Harapannya, semakin dekat pihak yang melayani (pemda) dan yang dilayani (publik), pelayanan publik menjadi semakin efektif, efisien, dan terkontrol.

Dalam pandangan JPIP, pelayanan publik dikategorikan menjadi dua bagian. Yaitu, yang bersifat substantif dan administratif. Pelayanan publik yang tergolong substantif ialah pendidikan dan kesehatan, sedangkan yang administratif adalah pelayanan administrasi kependudukan dan perizinan.

Pelayanan Pendidikan

Ada tujuh indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan pendidikan. Yaitu, layanan pendidikan semakin terjangkau, mudah, dan murah, penyebaran sekolah-sekolah merata, pendidikan sebagai prioritas utama, pelayanan pendidikan lebih baik daripada tahun sebelumnya, memberikan beasiswa kepada anak-anak dari keluarga miskin, penerimaan murid baru selalu diumumkan secara terbuka dan transparan, dan bertindak tegas terhadap penyalahgunaan pemanfaatan anggaran pendidikan.

Di antara tujuh indikator itu, ada dua yang mendapatkan penilaian relatif tinggi di antara indikator lain. Yakni, pemda memberikan beasiswa kepada anak-anak dari keluarga miskin dan penerimaan murid baru selalu diumumkan secara terbuka dan transparan. Hampir di seluruh kabupaten/kota, dua indikator itu mendapatkan penilaian yang relatif tinggi. Secara rataan, skor kedua indikator masing-masing adalah 2.80 dan 3.03, sedangkan nilai lima indikator lain kecil.

Temuan menarik terdapat pada indikator "pemda bertindak tegas terhadap penyalahgunaan pemanfaatan anggaran pendidikan." Untuk indikator itu, ditemukan bahwa di semua kabupaten/kota nilainya kecil. Dengan rentang skor 1 sampai 5, responden mayoritas memilih skor 1. Artinya, tidak ada terobosan program untuk mengatasi masalah tersebut.

Fenomena menarik lain adalah terdapat kesenjangan yang tinggi antarkabupaten/kota mengenai penyebaran sekolah-sekolah di seluruh wilayah. Ada kabupaten/kota yang penyebaran sekolahnya dinilai cukup baik, sementara ada yang kurang baik. Yang tergolong cukup baik, antara lain, Kota Blitar, Kabupaten Ponorogo, Kota Probolinggo, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Nganjuk. Masing-masing mendapatkan skor 4.

Sementara itu, yang penyebaran sekolahnya tergolong rendah ialah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Probolinggo, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Surabaya, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bondowoso.

Berdasar total skor, terdapat tiga kabupaten/kota yang mendapatkan skor tertinggi, yaitu Kota Blitar, Ponorogo, dan Kota Probolinggo. Masing-masing mendapatkan skor 27.16, 21.61, dan 21.02. [redhi@jpip.or.id]

Sumber: Jawa Pos, 23/01/2007

Thursday, October 30, 2008



imut kan....
UJIAN TENGAH SEMESTER
PENDIDIKAN KEWARGAAN
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
31 Oktober 2008




1) Apa pengertian negara dari aspek etimologi dan terminologi?
2) Sebutkan negara yang menganut sistem konstitusi pemerintahan parlementer di Asia?
3) Siapa para tokoh yang telah memberikan konstribusi terbentuknya Identitas Nasional?



Bagi yang dapat menjawabnya saya persilahkan untuk menulis jawabanya di halaman comment